Minggu, 16 April 2017

kita seharusnya banyak melihat tiga hal: bayi, orang sakit dan orang mati. Baginya, melihat bayi itu sama saja dengan melihat kelemahan. Saat bayi lahir ia tampak menangis keras dan tidak berdaya. Lalu sang ibu menggendong dan menyusuinya. Setelah itu bayi itu terdiam. Begitulah hidup kita, harus banyak melihat diri kita seperti bayi: lemah dan tidak berdaya. Kita baru bisa kuat setelah mendapatkan asupan dan energi dari Tuhan.
Ia juga menganjurkan kita untuk sering melihat orang sakit dan orang mati. Orang sakit menggambarkan bahwa kita sangatlah lemah, seperti bayi. Karena itu, saat sehat pergunakan sebaik mungkin untuk bekerja dan beribadah. Saat sakit kita butuh pertolongan Tuhan. Sebaiknya hal ini juga kita pakai saat sehat, sehingga kita seolah-olah selalu membutuhkan pertolongan Tuhan. Dengan demikian, kita selalu berdoa setiap saat kepada-Nya.
Sementara orang mati menjelaskan kepada kita bahwa hidup ini tidak ada artinya ketika ajal kita telah diambil oleh malaikat Izrail. Harta dan segala yang bersifat duniawi terasa sangat tidak berarti saat nyawa lepas dari raga ini. Karena itu, mencari duniawi itu setengah-tengah saja atau seimbang dengan kehidupan akherat. Ironinya, kebanyakan di antara kita lebih senang mendahulukan kehidupan duniawi. Bahkan, tidak jarang harus saling mengorbankan orang lain hanya karena masalah ini.

Senin, 06 Maret 2017

Rencana

Buatlah RENCANA BESAR!
RENCANA KCL TIDAK MEMBUAT ORANG BERFIKIR DAN BERGHAIRAH.
BUATLAH RENCANA BESAR.....

Renung

Daripada bacaan Dan percakapan kita mendapat banyak gagasan mengenai orang maupun bendA,
TETAPI RENUNGAN KITA SENDIRILAH YG PERLU MEMBENTUK PENILAIAN KITA

Selasa, 04 Oktober 2016

SEBUTAN BOCAH

Sebutan Bocah
Sebutane bocah / Sebutan untuk anak
1. Ontang – anting : anak siji lanang <> anak tunggal laki-laki
2. Unting – unting : anak siji wadon <> anak tunggal perempuan
3. Uger – uger lawang : anak loro lanang kabeh <> anak dua laki2 semua
4. Kembang sepasang : anak loro wadong kabeh <> anak dua perempuan semua
5. Cukit dulit : anak telu lanang kabeh <> anak tiga laki2 semua
6. Gotong mayit : anak telu wadon kabeh <> anak tiga perempuan semua
7. Saramba : anak papat lanang kabeh <> anak empat laki2 semua
8. Sarimpi : anak papat wadon kabeh <> anak empat perempuan semua
9. Pandhawa : anak limo lanang kabeh <> anak lima laki2 semua
10. Pancagati : anak limo wadon kabeh <> anak lima perempuan semua
11. Kendhana – kendhini : anak loro lanang wadon <> anak dua laki2 perempuan
12. Kendhini – kendhana : anak loro wadon lanang <> anak dua perempuan laki2
13. Sendhang kapit pancuran : anak telu, lanang – wadon – lanang <> anak tiga perempuan di tengah
14. Pancuran kapit sendhang : anak telu, wadon-lanang-wadon <> anak tiga laki2 ditengah
15. Keblat papat : anak papat lanang wadon <> anak empat laki2 perempuan
16. Sepasar : anak lima lanang wadon <> anak lima laki2 perempuan
17. Padangan : anak lima wadon siji <> anak lima perempuan Satu
18. Ipil-ipil ( pipilan ) : anak lima lanang siji <> anak lima laki2 satu
19. Pandhawa nyandhangi : anak enem wadon siji wuragil <> anak enam perempuan terakhir
20. Kembar : anak loro lair bareng <> anak dua lahir bersamaan
21. Kembar gantung : bocah kembar laire let sedina <> anak kembar lahir selang satu hari
22. Dhampit : anak loro lanang wadon laire bareng <> anak dua laki2 perempuan lahir bersamaan
23. Gilir kacang : anake akeh giliran lanang wadon <> anak banyak bergilir laki2 perempuan
24. Lumpat kidang : anake akeh ora giliran lanang wadoh <> anak banyak tidak bergilir laki2 perempuan
25. Gendhong : anak wadon akeh seng tengah anak lanang <> anak perempuan banyak yang tengah anak laki2
26. Pathok : anak lanang akeh seng tengah wadon <> anak laki2 banyak yang tengah perempuan
27. Grandhel : anak lanang pirang – pirang, seng wuragil wadon, utawa anak wadon pirang-pirang seng wuragil lanang <> anak banyak yang terakhir perempuan atau laki2
28. Sumarak : anak akeh seng lanang luwih akeh <> anak banyak yang laki2 lebih banyak
29. Anggana : anak akeh seng urip gari siji <> anak banyak yang hidup tinggal Saturday
30. Cemani : anak ireng mulus <> anak hitam mulus
31. Wungle, bule : anak putih mulus <> anak putih mulus
32. Gondhang kasih : anak loro beda pakulitane, ono seng ireng ana seng putih <> anak dua beda warna kulitnya, anak yang putih ada yang hitam
33. Pambarep : anak sing nomer siji <> anak yang nomer satu
34. Panggulu : anak sing nomer loro <> anak yang nomer dua
35. Pandhadha : anak sing nomer telu <> anak yang nomer tiga
36. Sumendhi : kakang wuragil <> kakak anak terakhir
37. Wuragil, waruju : anak seng keri dhewe <> anak yang terakhir sendiri
38. Panenggak : anak nomer loro seko lima cacahe anak <> anak yang nomer dua dari lima bersaudara
39. Panengah : anak nomer telu seko lima cacahe anak <> anak yang nomer tiga dari lima bersaudara
40. Lola ( yatim piatu ) : bocah seng ditinggal wong tuwane <> anak yang orang tuanya sudah tiada
41. Yatim : bocah lair wis ora menangi bapake <> anak yang lahir sudah tidak mempunyai ayah
42. Lola bapa ( biyung ) : bocah seng wes ora nduwe bapak utawa ibu <> anak yang sudah tidak mempunyai salah satu dari bapak/ibu
43. Konduran : bocah lair slamet nanging ibune seda <> anak yang lahir selamat tapi ibunya meninggal
44. Sumala : bocah sing cacat wiwit lair <> anak yang cacat dari lahir
45. Thok thing : bocah sing lair kanthi sirah cilik <> anak yang lahir dengan kepala kecil
46. Julung kembang : bocah sing lahir nalika srengenge mletek <> anak yang lahir ketika matahari terbit
47. Julung sungsang : bocah sing lahir nalika bedug awan <> anak yang lahir ketiga waktu tengah hari / waktu dzuhur
48. Julung sarab/surup : bocah sing lahir nalika ngarepake surup <> anak yang lahir ketika matahari akan tenggelam
49. Julung caplok : bocah sing lahir nalika surup <> anak yang lahir ketika matahari tenggelam
50. Margana : bocah sing lahir nalika ibune lelungan <> anak yang lahir ketika ibunya sedang dalam bepergian
51. Wuyungan : bocah sing lahir nalika perang <> anak yang lahir ketika perang
52. Wahana : bocah seng lahir nalika ibune ana pasamuan <> anak yang lahir ketika ibunya sedang dalam acara pertemuan
53. Jempina : bocah seng lahir durung wayahe <> anak yang lahir belum saatnya
54. Tiba sampir : bocah sing lahir kalung usus <> anak yang lahir dengan posisi usus melingkar di leher
55. Tiba ungker : bocah sing lahir ususe nggubed gulu <> anak yang lahir dengan usus yang menjerat di leher
56. Wungkul : bocah sing lahir tanpa ari-ari <> anak yang lahir tanpa ari-ari

Rabu, 04 Mei 2016

Urip kudu migunani

Bermanfaat Bagi Manusia Lain Tidak Harus Memberi Dalam Bentuk Barang, Tetapi Dapat Memberi Dalam Wujud Ilmu Pengetahuan Yang Berguna Positif. Bermanfaat Itu Memberi Apa Yang Dibutuhkan, Bukan Apa Yang Diinginkan

Jumat, 18 September 2015

Lir lir

Renungan Kidung Pamungkas

:Arti Tembang Lir - IlirLir-ilir,

Lir IlirTandure wus sumilirTak ijo royo-royoTak sengguh temanten anyarCah Angon, Cah Angon...Penekno Blimbing KuwiLunyu-lunyu peneknoKanggo Mbasuh DodotiroDodotiro DodotiroKumitir Bedah ing pinggirDondomono, JlumatonoKanggo Sebo Mengko soreMumpung Padhang RembulaneMumpung Jembar KalanganeYo surako surak Iyo!!!1. Lir-ilir, Lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)Tandure wus sumilir Renungan Kidung Pamungkas :Arti Tembang Lir - IlirLir-ilir, Lir IlirTandure wus sumilirTak ijo royo-royoTak sengguh temanten anyarCah Angon, Cah Angon...Penekno Blimbing KuwiLunyu-lunyu peneknoKanggo Mbasuh DodotiroDodotiro DodotiroKumitir Bedah ing pinggirDondomono, JlumatonoKanggo Sebo Mengko soreMumpung Padhang RembulaneMumpung Jembar KalanganeYo surako surak Iyo!!!

1. Lir-ilir, Lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)
Tandure wus sumilir (Tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo-royo (Demikian menghijau)
Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru)

Makna:
Sebagai umat Islam kita diminta bangun. Bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh Alloh dalam diri kita yang dalam ini dilambangkan dengan Tanaman yang mulai bersemi dan demikian menghijau. Terserah kepada kita, mau tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru.

2 Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing itu)Lunyu-lunyu penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat)Kanggo mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)Makna: Disini disebut anak gembala karena oleh Alloh,

kita telah diberikan sesuatu untuk digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita menggembalakan hati kita dari dorongan hawanafsu yang demikian kuatnya?Si anak gembaladiminta memanjat pohon belimbing yang notabene buah belimbing bergerigi lima buah. Buah belimbing disini menggambarkan lima rukun Islam. Jadi meskipun licin, meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut dalam arti sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun halangan dan resikonya.Lalu apa gunanya? Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita yaitu pakaian taqwa.

3. Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian samping)Dondomono, Jlumatono (Jahitlah, Benahilah!!)Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)Makna: Pakaian taqwa kita sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang di sana sini,untuk itu kita diminta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya agar kelak kita sudah siap ketika dipanggil menghadap kehadirat Alloh SWT.

4. Mumpung padhang rembulane (Mumpung bulan bersinar terang)Mumpung jembar kalangane (mumpung banyak waktu luang)Yo surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan Iya!!!)

Makna: Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas (no 1-3) ketika kita masih sehat (dialambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan Iya!!!Lir ilir, judul dari tembang di atas.Bukan sekedar tembang dolanan biasa, tapi tembang di atas mengandung makna yang sangat mendalam.Tembang karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah.

Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya.Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari lagu ini.Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz pada konser musik “Harp toHeart“.Apakah makna mendalam dari tembang ini?Mari kita coba mengupas maknanyaLir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisadiartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah.Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan?hidupnya Apa ?Ruh?kesadaran ?Pikiran?terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar.Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaatyang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah.Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita.Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa kok “Cah angon” ?Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ?Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yangmampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ?Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam.Kenapa “Penekno” ?ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro.Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan.Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25) (Tanaman sudah bersemi)Tak ijo royo-royo (Demikian menghijau)Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru)Makna: Sebagai umat Islam kita diminta bangun. Bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh Alloh dalam diri kita yang dalam ini dilambangkan dengan Tanaman yang mulai bersemi dan demikian menghijau. Terserah kepada kita, mau tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru.2 Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing itu)Lunyu-lunyu penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat)Kanggo mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)Makna: Disini disebut anak gembala karena oleh Alloh, kita telah diberikan sesuatu untuk digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita menggembalakan hati kita dari dorongan hawanafsu yang demikian kuatnya?Si anak gembaladiminta memanjat pohon belimbing yang notabene buah belimbing bergerigi lima buah. Buah belimbing disini menggambarkan lima rukun Islam. Jadi meskipun licin, meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut dalam arti sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun halangan dan resikonya.Lalu apa gunanya? Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita yaitu pakaian taqwa.3. Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian samping)Dondomono, Jlumatono (Jahitlah, Benahilah!!)Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)Makna: Pakaian taqwa kita sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang di sana sini,untuk itu kita diminta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya agar kelak kita sudah siap ketika dipanggil menghadap kehadirat Alloh SWT.4. Mumpung padhang rembulane (Mumpung bulan bersinar terang)Mumpung jembar kalangane (mumpung banyak waktu luang)Yo surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan Iya!!!)Makna: Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas (no 1-3) ketika kita masih sehat (dialambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan Iya!!!Lir ilir, judul dari tembang di atas.Bukan sekedar tembang dolanan biasa, tapi tembang di atas mengandung makna yang sangat mendalam.Tembang karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah.Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya.Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari lagu ini.Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz pada konser musik “Harp toHeart“.Apakah makna mendalam dari tembang ini?Mari kita coba mengupas maknanyaLir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisadiartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah.Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan?hidupnya Apa ?Ruh?kesadaran ?Pikiran?terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar.Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaatyang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah.Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita.Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa kok “Cah angon” ?Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ?Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yangmampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ?Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam.Kenapa “Penekno” ?ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro.Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan.Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)

Minggu, 13 September 2015

Lir lir

Renungan Kidung Pamungkas

:Arti Tembang Lir - IlirLir-ilir,

Lir IlirTandure wus sumilirTak ijo royo-royoTak sengguh temanten anyarCah Angon, Cah Angon...Penekno Blimbing KuwiLunyu-lunyu peneknoKanggo Mbasuh DodotiroDodotiro DodotiroKumitir Bedah ing pinggirDondomono, JlumatonoKanggo Sebo Mengko soreMumpung Padhang RembulaneMumpung Jembar KalanganeYo surako surak Iyo!!!1. Lir-ilir, Lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)Tandure wus sumilir Renungan Kidung Pamungkas :Arti Tembang Lir - IlirLir-ilir, Lir IlirTandure wus sumilirTak ijo royo-royoTak sengguh temanten anyarCah Angon, Cah Angon...Penekno Blimbing KuwiLunyu-lunyu peneknoKanggo Mbasuh DodotiroDodotiro DodotiroKumitir Bedah ing pinggirDondomono, JlumatonoKanggo Sebo Mengko soreMumpung Padhang RembulaneMumpung Jembar KalanganeYo surako surak Iyo!!!

1. Lir-ilir, Lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)
Tandure wus sumilir (Tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo-royo (Demikian menghijau)
Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru)

Makna:
Sebagai umat Islam kita diminta bangun. Bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh Alloh dalam diri kita yang dalam ini dilambangkan dengan Tanaman yang mulai bersemi dan demikian menghijau. Terserah kepada kita, mau tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru.

2 Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing itu)Lunyu-lunyu penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat)Kanggo mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)Makna: Disini disebut anak gembala karena oleh Alloh,

kita telah diberikan sesuatu untuk digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita menggembalakan hati kita dari dorongan hawanafsu yang demikian kuatnya?Si anak gembaladiminta memanjat pohon belimbing yang notabene buah belimbing bergerigi lima buah. Buah belimbing disini menggambarkan lima rukun Islam. Jadi meskipun licin, meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut dalam arti sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun halangan dan resikonya.Lalu apa gunanya? Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita yaitu pakaian taqwa.

3. Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian samping)Dondomono, Jlumatono (Jahitlah, Benahilah!!)Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)Makna: Pakaian taqwa kita sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang di sana sini,untuk itu kita diminta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya agar kelak kita sudah siap ketika dipanggil menghadap kehadirat Alloh SWT.

4. Mumpung padhang rembulane (Mumpung bulan bersinar terang)Mumpung jembar kalangane (mumpung banyak waktu luang)Yo surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan Iya!!!)

Makna: Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas (no 1-3) ketika kita masih sehat (dialambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan Iya!!!Lir ilir, judul dari tembang di atas.Bukan sekedar tembang dolanan biasa, tapi tembang di atas mengandung makna yang sangat mendalam.Tembang karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah.

Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya.Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari lagu ini.Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz pada konser musik “Harp toHeart“.Apakah makna mendalam dari tembang ini?Mari kita coba mengupas maknanyaLir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisadiartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah.Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan?hidupnya Apa ?Ruh?kesadaran ?Pikiran?terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar.Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaatyang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah.Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita.Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa kok “Cah angon” ?Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ?Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yangmampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ?Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam.Kenapa “Penekno” ?ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro.Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan.Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25) (Tanaman sudah bersemi)Tak ijo royo-royo (Demikian menghijau)Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru)Makna: Sebagai umat Islam kita diminta bangun. Bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh Alloh dalam diri kita yang dalam ini dilambangkan dengan Tanaman yang mulai bersemi dan demikian menghijau. Terserah kepada kita, mau tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru.2 Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing itu)Lunyu-lunyu penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat)Kanggo mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)Makna: Disini disebut anak gembala karena oleh Alloh, kita telah diberikan sesuatu untuk digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita menggembalakan hati kita dari dorongan hawanafsu yang demikian kuatnya?Si anak gembaladiminta memanjat pohon belimbing yang notabene buah belimbing bergerigi lima buah. Buah belimbing disini menggambarkan lima rukun Islam. Jadi meskipun licin, meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut dalam arti sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun halangan dan resikonya.Lalu apa gunanya? Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita yaitu pakaian taqwa.3. Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian samping)Dondomono, Jlumatono (Jahitlah, Benahilah!!)Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)Makna: Pakaian taqwa kita sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang di sana sini,untuk itu kita diminta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya agar kelak kita sudah siap ketika dipanggil menghadap kehadirat Alloh SWT.4. Mumpung padhang rembulane (Mumpung bulan bersinar terang)Mumpung jembar kalangane (mumpung banyak waktu luang)Yo surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan Iya!!!)Makna: Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas (no 1-3) ketika kita masih sehat (dialambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan Iya!!!Lir ilir, judul dari tembang di atas.Bukan sekedar tembang dolanan biasa, tapi tembang di atas mengandung makna yang sangat mendalam.Tembang karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah.Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya.Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari lagu ini.Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz pada konser musik “Harp toHeart“.Apakah makna mendalam dari tembang ini?Mari kita coba mengupas maknanyaLir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisadiartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah.Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan?hidupnya Apa ?Ruh?kesadaran ?Pikiran?terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar.Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaatyang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah.Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita.Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa kok “Cah angon” ?Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ?Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yangmampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ?Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam.Kenapa “Penekno” ?ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro.Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan.Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)